19 Agustus 2009

Semangat Sang Pejuang Tak Pernah Mati

Seperti biasa, setiap hari peringatan kemerdekaan Republik Indonesia, tiap stasiun tifi selalu berlomba lomba untuk menyajikan acara yang berbau kemerdekaan dan perjuangan. Mulai dari upacara upacara menyambut kemerdekaan, perayaan perayaan di berbagai daerah, sampai kisah perjuangan para veteran dahulu. Hehe, wajar sih sebenernya, malah akan aneh kalo nyiarin acara cara cara mengebor minyak bumi (???).

Baru saja saya selesai liat upacara pengibaran sang saka merah putih di Istana Negara. Wow, selalu saja saya berdecak kagum kalo liat upacara itu. Terutama kalo liat adek adek SMA yang jadi paskibraka. Haha, great ! saya selalu mikir: coba saya jadi satu diantara mereka. Tapi nampaknya itu sulit sekali, mengingat saya yang hadap kanan-hadap kiri dan balik kanan-balik kiri saja kadang masih bingung.

Setelah prosesi peringatan selesai, saya nggak sengaja liat sebuah liputan di sebuah stasiun tifi swasta tentang kehidupan seorang veteran perang kemerdekaan dulu. Ah, sayang sekali saya lupa namanya. Ya udah, saya panggil saja pak Hero. Jadi pak Hero ini adalah salah satu veteran perang kemerdekaan yang mulai berjuang tahun 1935. Oiya, usia beliau sekarang 95 tahun. Wow. Dan yang membuat saya miris, ternyata sampai sekarang beliau masih harus berkeliling menjual pisang untuk menghidupi satu istri dan sembilan anaknya. Hmm, dan saya rasa pun masih banyak Pak Hero diluar sana yang butuh perhatian dari kita semua, nggak hanya dari Pemerintah.

Saya sebenernya sering ngerasa sebel dan gemes, ketika liat banyak orang yang telah berjuang untuk bangsa dan negara ini 'dicuekin' pemerintah. Mulai dari veteran perang, olahragawan berprestasi hingga siswa siswi cerdas yang banyak mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional. Elyas Pical, mantan petinju Indonesia contohnya. Kalo ngga salah beliau sempat ditahan polisi karena mengedarkan narkoba (cmiiw). Saya yakin beliau nggak akan menjadi pengedar kalau kesejahteraan beliau dan keluarganya tercukupi. Atau baru baru ini kasus yang menimpa David Hartanto, mahasiswa cerdas Indonesia yang sedang menyelesaikan tugas akhir tentang kamera 3D nya di NTU. David diduga sengaja 'disingkirkan' dan menurut pihak keluarga, dari KBRI nggak ada upaya serius untuk membantu sehingga David akhirnya harus kalah di pengadilan koroner Singapura.
Kalau belum cukup boleh diliat nasib para TKI TKI diluar sana. Mulai dari dianiaya, disiksa, direnggut kehormatannya hingga harus mati mengenaskan di kolong jembatan. Nampaknya nggak ada upaya serius dari Pemerintah bagi para pahlawan devisa ini hingga kejadian kejadian itu selalu terulang.

Ah ya, memang seharusnya nggak hanya pemerintah yang pegang tanggung jawab. Kita semua harus mulai ikut menghargai mereka. Tidak sekedar memajang foto dan menghafal tanggal lahir-tanggal wafat mereka. Tidak sekedar memasukan gambar mereka di lembaran lembaran rupiah belaka. Tidak pula dengan sekedar menamai nama jalan dengan nama mereka. Tapi dimulai dengan merasakan dan meneruskan nilai perjuangan dan semangat mereka untuk kemudian melakukan tindakan tindakan konkrit. Haha, serius sekali bahasa saya nampaknya.

Yasudahlah, pokoknya DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE 64. Semoga setelah ini kita semua bisa mulai menghargai semua jasa pahlawan dan orang orang yang telah berjuang untuk bangsa dan negara ini. Sama seperti kata kata Bung Karno: "bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa jasa pahlawannya".

Related Post



Tidak ada komentar: