Pernahkah kamu berpikir, sosok yang kamu cari itu begitu dekat denganmu? Selalu ada di sana dan terabaikan. Sosok yang tak pernah kamu gubris keberadaanya, yang tak sekalipun pernah kamu sapa. Berkaca lah, tatap matamu, tersenyumlah pada sosok di cermin itu dan....sekarang kamu sedang tersenyum pada sahabat sejatimu.
Yah,sosok yang kamu lihat di cermin itu selalu bersamamu dalam suka dan duka. Sosok yang paling kamu abaikan, kamu cela saat merasa tak puas, kamu salahkan saat mendapat malu. kamu abaikan segala kebutuhannya. Pada hal saat semua orang berpaling, hanya sosok itu yang selalu ada di sana setia bersama kamu.
Pernahkah kamu menatap kaca dan menyapanya, tersenyum ramah pada jiwa yang ada di sana? Pernah kah kamu bertanya pada sosok di cermin itu, 'hai,apa kabarmu?' Saat seorang wanita mematahkan hatimu, pernahkah kamu bertanya pada sosok di cermin itu, 'apa kau merasakan sakitnya?' Pernahkah kamu bertanya apa yang paling diinginkannya?
Kedengarannya memang tak masuk akal, tapi sahabat sejati itu memang ada dalam dirimu. Saat kamu terluka karena cinta,dia merasakan kesedihan yang sama. Saat kehidupan mengecewakan kamu, dia merasakan sakit yang sama. Saat kamu kehilangan orang yang kamu kasihi dia ikut menangis bersama kamu. Saat kamu jatuh cinta dia ikut tersenyum bersama kamu. Dalam segala momen kehidupan kamu, sahabat sejati ini selalu ada di sana.
Jika mau menyadari ini, kamu tak perlu berlari mencari penghiburan di luar sana, yang kadang malah menyesatkan. Saat masa-masa sulit menimpa, yang perlu kamu lakukan hanya 'menemui' sahabat sejati kamu, merangkulnya, hadir di sana untuk berbagi.
Nah, sudah siap bertemu sahabat sejati kamu? Mulai detik ini, setiap kali menatap cermin, tatap mata kamu, jangan hanya melihatnya sepintas lalu, tersenyumlah dengan tulus dan katakan 'Hai, sahabat sejatiku, apa kabarmu hari ini?' Dan saat itu juga kamu hadir untuk diri kamu sendiri, mengenalnya lebih dekat dan siap menjalani kehidupan yang berat ini dengan lebih kuat.
30 Maret 2010
28 Maret 2010
Tuh Kan Saya Payah..
Saya semakin payah, semakin malas (menulis), hidup kacau, dan yang paling saya sesali, saya telah melanggar prinsip dan komitmen saya sendiri. Saya kalut, bingung, merasa sangat berdosa, dan ngga bisa menyingkirkan hal itu.
Saya payah.
Saya payah.
Langganan:
Postingan (Atom)